Jam layanan: 08:00-15.00 (Senin-Kamis) dan 8:00-15:30 (Jumat)
  • Home
  • Fermentasi Pakan, Kurangi Biaya Budidaya Dan Buat Ikan Cepat Besar

Fermentasi Pakan, Kurangi Biaya Budidaya dan Buat Ikan Cepat Besar

Fermentasi pakan jadi solusi efisiensi biaya operasional budidaya ikan, di mana pakan seringkali menjadi pos pengeluaran terbesar para pembudidaya. Cara ini bahkan dapat meningkatkan metabolisme ikan dan mempercepat pertumbuhannya.

Proses fermentasi pakan dapat menghemat 20 sak hingga 25 sak dalam satu siklus kegiatan budidaya. Fermentasi pakan juga mempermudah proses metabolisme tubuh pada ikan dan membuat berat ikan lebih berbobot.

Dalam penerapannya, untuk tebar benih 10.000 ekor ikan dibutuhkan pakan sebanyak 100 sak, dimana harga pakan saat ini berkisar Rp.305.000/sak. Namun dengan fermentasi pakan, hanya dibutuhkan sebanyak 77 sak saja.

Namun dilapangan, masih sedikit pembudidaya yang mau menerapkan fermentasi pakan, padahal caranya terbilang mudah dan hanya membutuhkan sedikit tambahan waktu untuk prosesnya.

Fermentasi pakan tersebut berperan sebagai rabal yang dibuat dengan mencampurkan beberapa bahan. Adapun bahan-bahan yang harus dipersiapkan yaitu 5 botol yakult, 1 kg dedak, 2 tutup molase, 2 tutup EM4 perikanan, 1 bungkus ragi tape atau permifan, 30 liter air kelapa tua, 2 bungkus sachet susu kental manis, dan 20 liter air.

Kesemua bahan dapat dicampur menjadi satu kemudian didiamkan dalam wadah tertutup minimal satu malam. Untuk 3 liter hasil fermentasi dapat dicampurkan pada 2 sak pakan, tambahkan 2 gayung air, lalu diaduk secara merata. Setelah didiamkan selama satu malam, fermentasi pakan siap dipakai.

Jika diperhatikan, para pembudidaya bisa menghemat 23 sak pakan ikan dalam satu kali siklus. Harga bahan fermentasi pakan yang disebutkan juga sangat ekonomis bila dibandingkan harus mengeluarkan 23 sak pakan dengan total biaya lebih dari Rp.7.000.000. Fermentasi pakan merupakan solusi yang perlu segera disosialisasikan dan diimplementasikan kepada para pembudidaya ikan agar dapat menekan biaya pengeluaran dan memperoleh ikan yang memiliki bobot sesuai yang diharapkan.

Adanya fasilitas pendampingan dari Penyuluh Perikanan sebagai perpanjangan tangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun dapat dimaksimalkan untuk pelatihan teknis budidaya dan pengembangan usaha.

Bukan hanya itu, pembudidaya juga bisa mengambil peluang permodalan dari satuan kerja KKP, yakni Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP). Dengan demikian, usaha perikanan dapat menjadi mata pencaharian utama masyarakat.

 

Sumber : Andika Rahman  S.St.Pi., M.Si
Admin : Suwinda Pratama, S.St.Pi
Editor : Rully Ismanto, S.Si